Siswa di Pidie Telantar
SIGLI – Para siswa di sejumlah kecamatan di pedalaman Pidie, terpaksa berjalan kaki atau menumpang angkutan barang agar bisa sampai ke sekolah, akibat bus sekolah yang diandalkan untuk prasarana pendidikan di kawasan pedalaman itu tidak beroperasi sejak Senin (26/2) hingga Selasa kemarin.
Seluruh bus sekolah yang berjumlah 34 unit itu ditarik sementara oleh Dinas Perhubungan Pidie, untuk untuk pendataan aset dan pemeriksaan kelayakan kendaraan (Kir) pada Senin (26/2). “Jika hendak melakukan pendataan dan pmeriksaan, seharusnya dilakukan pada hari libur agar tidak menelantarkan anak sekolah yang membutuhkan sarana transportasi tersebut,” kata Ketua DPRK Pidie, Muhammad AR, Selasa (27/2).
Padahal, para siswa khususnya di Kecamatan Tangse, Mane, dan Geumpang sangat bergantung pada prasarana pendidikan ini. Karena jarak rumah mereka di pelosok gampong dengan sekolah yang berada di pusat kecamatan, cukup jauh dan sangat disayangkan jika mereka harus berjalan kaki hingga belasan kilometer saat pergi dan pulang sekolah. Apalagi di kawasan-kawasan pedalaman itu, hampir tidak ada angkutan umum penumpang.
Derita para siswa ini berlangsung selama dua hari, hanya karena dinas perhubungan setempat tidak merencanakan waktu yang tepat dalam melakukan pendataan dan uji kelayakan kendaraan.
Sementara, Kepala Dinas Perhubungan Pidie, Ir HM Hasan Yahya, mengaku tidak menduga hal ini akan berdampak luas terhadap aktivitas anak-anak sekolah di kabupaten itu. “Karena, pengalaman tahun lalu, pengujian kendaraan bisa selesai dilakukan dalam satu hari. Sehingga tidak mengganggu aktivitas para siswa,” katanya. Namun sudah dua hari, pemeriksaan 54 item untuk masing-masing bus itu, belum selesai seluruhnya hingga sore kemarin.
Penarikan sementara bus sekolah untuk dilakukan pendataan dan pemeriksaan kelayakan, sempat menimbulkan ketakutan para sopir bus yang mengira mereka akan diberhentikan. Sebab, beredar isu bahwa pihak Dinas Perhubungan telah menyiapkan SK baru untuk memberhentikan mereka dan mengangkat sopir lain untuk menggantikan para sopir bus sekolah sebelumnya.
Ketakutan para sopir bus sekolah ini menguat, saat pihak dinas meminta sopir menyerahkan kunci dan surat-surat kendaraan (STNK). Sehingga puluhan sopir bus itu mengira mereka akan kehilangan pekerjaan. Sejumlah sopir bus sekolah yang panik, kemudian bersepakat mendatangi Kantor DPRK Pidie untuk mengadukan persoalan ini.
Bus sekolah yang seharusnya dibawa ke Dinas Perhubungan Pidie itu, malah mereka parkir di kompleks gedung dewan. Ini pula yang membuat proses pendataan dan pemeriksaan (Kir) bus terhambat, dan berujung pada banyaknya siswa yang telantar akibat ketakutan yang berlebihan para sopir bus tersebut.
“Tidak benar isu yang mengatakan adanya penggantian para sopir bus sokolah itu. Kalaupun nanti diganti, itu kewenangan bupati,” kata Kepala Dishub Pidie, Ir HM Hasan Yahya, kemarin.
Ia mengatakan, hanya meminta sopir membawa bus sekolah itu ke kantor Dinas Perhubungan untuk pendataan aset dan pengecekan fisik kendaraan (KIR) kendaraan. “Tapi kenapa para sopir malah membawanya ke kompleks gedung dewan,” kata Hasan yang mengaku heran dengan sikap para sopir tersebut. Karena jadwal pendataan dan pemeriksaan bus yang direncanakan tuntas dalam sehari, malah jadi molor akibat tindakan mereka.
Sore kemarin, para sopir yang menduduki gedung dewan sejak Senin (26/2) dan menolak menyerahkan kunci dan STNK bus tersebut, membubarkan diri dengan tertib setelah pihak dewan memanggil Kadishub Pidie dan mempertemukannya dengan para sopir untuk diberikan pemahaman.
Sementara 34 unit bus sekolah yang diparkir di halaman gedung DPRK Pidie itu, dipindahkan untuk kemudian didata dan diuji kelayakannya.
“Tidak ada masalah lagi. Para sopir sudah pulang dan paham bahwa tidak ada isu pergantian sopir. Ini hanya salah paham saja,” ujar Ketua Komici C DPRK Pidie, Isa Alima, sore kemarin.
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.