Disdik DKI Tak Liburkan Sekolah Saat Asian Para Games 2018

0
559

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Bowo Irianto mengatakan pihaknya tak meliburkan sekolah-sekolah di wilayah yang memiliki lokasi di dekat venue Asian Para Games. Sebab, jumlah cabang olahraga dan venue tak sebanyak Asian Games 2018 lalu.

“Tidak ada libur sekarang. Asian Para Games kegiatan belajar mengajar semuanya tidak ada yang libur,” jelas Bowo di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (4/10).

Alasannya, jumlah cabang lomba dari Asian Para Games tak begitu banyak. Lalu, sekolah juga telah membantu banyak dengan meliburkan siswa-siswa sekolah, sehingga jumlah hari efektif pun telah dihitung habis. Sehingga, bila pihaknya meliburkan sekolah, maka jumlah hari efektif pun akan berkurang. Sampai dengan Kamis ini, dia menekankan tidak ada wacana permohonan libur dari pelaksana Asian Para Games, INAPGOC.

“Jadi kami tetap berjalan,” ucapnya.

Tak ada libur bagi sekolah, bagi dia, bukanlah menjadi masalah. Selama kegiatan lomba berlangsung, pihaknya juga menyiapkan kuota untuk anak-anak sekolah untuk menonton perlombaan Asian Para Games. Hal itu berdasarkan permintaan dari INAPGOC. Pengiriman anak-anak sekolah untuk menonton dilakukan secara bergilir. Sekolah yang dipilih pun yang dekat dengan venue-venue Asian Para Games.

“Nanti digilir jadi tidak semua satu sekolah misalnya kemudian sepanjang SMA itu-itu aja. Jadi misal dari pertama hari lomba sekolah ini. Hari kedua sekolah lain lagi hari ketiganya sekolah lain lagi. Biar semuanya mengalami pengalaman itu,” jelasnya.

Saat ini ia tengah mempersiapkan daftar sekolah-sekolah yang dekat dengan venue Asian Para Games. Menurutnya, pihaknya juga mendapatkan dukungan transportasi dari Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta untuk mengangkut sebanyak kurang lebih 15 ribu anak sekolah. Sayangnya, pihaknya meragukan adanya kendaraan yang dapat mengangkut anak-anak yang berkategori anak luar biasa.

“Hanya kemungkinan besar untuk Asian Para Games ini kami menambah khususnya kepada anak-anak yang kategorinya anak luar biasa atau istimewa,” jelas Bowo.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah menjelaskan pihaknya akan melakukan komunikasi kepada Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta untuk menyediakan bus yang akan membawa siswa-siswa penyandang disabilitas. Menurutnya, bus-bus Trans Jakarta saat ini memiliki bus-bus yang telah ramah disabilitas.

“Fasilitas penjemputannya ya, mobil-mobil kita kan sudah ramah disabilitas semua ya. Tapi tidak semuanya disabilitas itu harus menggunakan kursi roda. Misalnya, tuna daksa karena kehilangan tangan, kan kakinya kuat. Ada juga yang tuna netra, kan tidak perlu kursi roda, tapi dikasih alat,” jelas Saefullah di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan, pihaknya akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk penyediaan fasilitas itu. Sebab, menurutnya, kapasitas dari masing-masing fasilitas seperti mobil maupun stadion saja.

Dia juga meminta kepada masyarakat untuk turut memeriahkan ajang olahraga para penyandang disabilitas itu. Dia mendorong anak-anak sekolah untuk menonton ajang internasional ini.

“Saya rasa harus didukung penuh, dengan anak anak sekolah saya rasa baik yang difabel atau tidak kalau ada kesempatan, ada peluang diikutsertakan supaya itu kan masa sosialisasi juga,” jelas Saefullah.

Koordinator Nasional Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI) Abdullah Ubaid menyebut tak ada masalah bila memang sekolah tak diliburkan lantaran tak mengganggu jalan-jalan yang dilewati menuju venue. Namun dia menekankan, perlu dilakukan libur namun secara bergantian untuk anak-anak sekolah.

“Perlu ada libur secara bergilir untuk anak-anak diberikan tugas sekolah untuk mengikuti dan memahami apa dan bagaimana Asian Para Games itu,” jelas Ubaid kepada Republika, Kamis.

Menurutnya, hal itu penting, karena ajang tersebut termasuk langka. Asian Para Games bisa digunakan sebagai pembelajaran siswa soal pentingnya sportifitas.

Soal sportifitas, Ubaid menekankan pentingnya itu karena dapat menumbuhkan sikap saling menjunjung tinggi, menghargai dan menghormati. “Bukan malah berujung pada fanatisme dan anarkisme yang baru-baru ini terjadi hingga memakan korban jiwa. Sikap ini penting untuk ditanamkan sejak usia dini di sekolah,” jelas Ubaid. Selain itu, ajang ini bisa menjadi pembelajaran untuk menjunjung tinggi sikap inklusif di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu, Ubaid juga menyebut saat ini banyak anak sekolah yang tidak memiliki pemahaman tentang kelompok disabilitas di tengah masyarakat.

Leave a reply