
Partisipan KTT Pendidikan APMED 4 Bangkok, hadir Presiden ASPBAE Nani Zulminarni (tengah, hijab) dan jajaran serta anggota ASPBAE dan mitra/Dokumen ASPBAE
Tiga Benua, Tiga Peristiwa … Sukses dan Banyak Hal yang Harus Dilakukan!
BANGKOK – Baru-baru ini beberapa delegasi dari tiga benua menghadiri rangkaian Konferensi Pendidikan dunia, antara lain “The Sub-Regional Advocacy Workshop in the Pacific, the High-level Political Forum 2018 (HLPF 2018), and the 4th Asia Pacific Meeting on Education 2030 (APMED 4)”. Rangkaian KTT digelar disejumlah wilayah, di Bangkok, Thailand, Suva- Fiji dan New York, Amerika Serikat. KTT meliputi pembahasan sejumlah agenda kunci untuk merumuskan kembali capaian program kawasan guna diselaraskan dengan program prioritas pendidikan global.
Partisipan KTT Pendidikan, diikuti staf The Asia South Pacific Association for Basic and Adult Education (ASPBAE) dan anggota ASPBAE meliputi ketiga kegiatan tersebut, Lokakarya Advokasi Sub-Regional di Pasifik,di Fiji, Forum Kebijakan Tingkat Tinggi 2018 (HLPF 2018) di New York AS, dan Pertemuan Asia Pasifik ke-4 untuk Pendidikan 2030 (APMED 4) di Bangkok Thailand.
Seluruh kegiatan berlangsung cukup produktif, partisipan diberbagai kawasan bekerja keras mematangkan sejumlah gagasan guna memastikan bahwa usulan strategis kalangan LSM (Civil Society) lebih diakomodasi dalam berabagai perencanaan di tingkat global – terutama mendesak pemerintah semua negara berkomitmen kuat mewujudkan pendidikan sepanjang hayat dengan memperkuat kotribusi dan peran masyarakat sipil (LSM) dalam mewujudkan pendidikan lebih adil dan inklusif.
Dalam KTT Bangkok, “The 4th Asia Pacific Meeting on Education 2030 (APMED 4)” 12-14 July 2018, dinilai menjadi strategis bagi ASPBAE dan anggotanya, terutama koalisi pendidikan nasional di Asia Pasifik untuk lebih bersuara, mendesak pertanggungjawaban pemerintah multi aspek guna mewujudkan pendidikan publik yang berkualitas sebagai pemenuhan hak asasi manusia mendasar, terutama orang-orang dari semua usia agar dapat mengakses dan mendapat manfaat dari kesempatan belajar sepanjang hidup mereka.
Sementara itu Lokakarya Advokasi Sub-Regional di Pasifik berlangsung di Suva, Fiji, 2-4 Juli 2018, merupakan arena untuk menyuarakan gagasan, berbagi perspektif, dan belajar dari pengalaman dan tantangan Pasifik Selatan. Lokakarya ini disertai dengan agenda lanjutan , Konferensi Vaka Pasifiki yang diadakan dari 5-6 Juli. Dalam kesempatan menyanpaiakn pandangannya, Ketua Koalisi Pendidikan Kepulauan Solomon (COESI), Gideon, mengatakan bahwa Kepulauan Solomon belum berhasil meratifikasi Konvensi PBB tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas, negaranya menyatakan setuju dengan Konvensi, namun masih terkendala dengan keterbatasan anggaran.
Sedangkan , the High-level Political Forum 2018 (HLPF 2018) yang dipusatkan di New York , AS berlangsung 9-18 Juli 2018. ASPBAE mengadakan acara pendamping pada 10 Juli yang fokus membahas tema, ‘Kota Pembelajaran: Transformasi menuju masyarakat yang tangguh melalui pendidikan berkelanjutan’. Acara yang diselenggarakan bersama oleh UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL), Konferensi LSM dalam Hubungan Konsultatif dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (CoNGO), dan United Methodist Church, menyoroti capaian SDG 4 (memastikan pendidikan inklusif, adil dan lebih berkualitas serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua), dengan SDG 11 (membuat kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan), dan SDG 12 (Pastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan).
Panel utama dari KTT New York menghadirkan beberapa tokoh terkemuka – Jose Enrique Garcia III, anggota Kongres distrik 2 dari Provinsi Bataan, Filipina; Song, Young-Wan, Direktur Jenderal Kebudayaan, Olahraga, dan Pendidikan di Suwon City, Korea; Liberato Bautista, Presiden Konferensi LSM dalam Hubungan Konsultatif dengan PBB (CoNGO); Luis Gonzalez Arenal, Presiden Sekolah Arsitek, Meksiko; dan Raúl Valdés-Cotera, Spesialis Program Senior di UNESCO Institute for Lifelong Learning dan Program Manager dari Jaringan UNESCO Global Learning Cities. Acara dihadiri oleh sekitar 75 peserta dari berbagai sektor – masyarakat sipil, akademisi, kelompok lingkungan, organisasi berbasis agama, dan lain-lain.
Dalam presentasinya, Sekretaris Jenderal Dewan Internasional Pendidikan Dewasa (ICAE), Katarina Popovic, menyoroti bahwa, “Kota pembelajaran adalah praktik yang berhasil mengintegrasikan seluruh skala pembelajaran seumur hidup: anak-anak, pemuda, dewasa, lansia; pendidikan formal dan non-formal; tingkat pendidikan yang berbeda; dan berbagai sektor dan area ”. Katarina juga menunjukkan bahwa kota-kota belajar menunjukkan bagaimana SDG dapat bekerja di tingkat lokal dan mereka menunjukkan fungsi dan ketahanan kota melalui pembelajaran transformatif.
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.