Perempuan Indonesia Masih Tertinggal Dalam Pendidikan
Jakarta — Kesetaraan untuk perempuan tidak bisa dilepaskan dari faktor pendidikan yang dapat membuka wawasan serta pikiran.
Pendidikan untuk perempuan telah diperjuangkan sejak lama di Indonesia. Raden Ajeng Kartini menjadi salah satu sosok perempuan yang dikenal gigih dalam memperjuangkan hal itu.
Namun dalam kenyataannya, pendidikan untuk wanita belum berata di Indonesia. Karena kuatnya tradisi, banyak perempuan yang tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Faktor ekonomi dan patriarki seolah menjadi hal yang tidak dapat dielakkan oleh kaum perempuan. Padahal, menurut psikolog Pendidikan Reky Martha, pendidikan dapat menjadi peluang perempuan menyejahterakan hidupnya. Dengan pendidikan yang tinggi, perempuan dapat memberikan ilmu bagi dirinya dan orang sekitar. Perempuan juga dapat menaikkan derajat hidupnya.
“Angan-angan untuk sekolah itu masih banyak yang ragu, mereka masih takut,” ujarnya.
Menurut Reky, banyak perempuan di beberapa daerah di pelosok Indonesia masih kurang mendapatkan pendidikan. Hal itu biasanya karena kurangnya fasilitas sekolah dan kebutuhan keluarga yang mewajibkan mereka menjadi tulang punggung.
Sejauh ini, Reky mencatat Wilayah Musi, Magelang, Bima, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Maluku adalah contoh wilayah yang masih tertinggal dalam hal pendidikan. Daerah-daerah ini tertinggal lantaran susah akses serta kurangnya fasilitas yang disediakan bagi masyarakat.
“Orang tua harus diedukasi soal pentingnya pendidikan, harus membuka wawasan dan harus memahami. Sosok panutan dalam pendidikan juga penting,” tuturnya.
Reky juga mengatakan, di bagian pelosok Yogyakarta masih banyak perempuan yang akhirnya tidak dapat melanjutkan pendidikan karena harus dinikahkan demi kelangsungan hidup keluarga.
Meski perempuan memiliki kewajiban untuk mengurus anak dan suami kala hidup berkeluarga, hal itu tidak dapat dijadikan penghalang bagi perempuan menggapai pendidikan setinggi-tingginya.
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.