Di Sekolah Ini Sampah Jadi Uang
Baru-baru ini setelah sukses meraih predikat sekolah adiwiyata provinsi, kini SMP Negeri 3 Babat, Kabupaten Lamongan dinobatkan sebagai sekolah adiwiyata tingkat nasional. Obsesi itu bukan tanpa alasan.
Sejak didirikan 30 tahun lalu, sekolah yang Jalan Raya Gembong Babat itu bersemangat menuju sekolah adiwiyata mandiri. Kuncahyo Warih Wicaksono, Kepala SMP Negeri 3 Babat beserta kerabat kerjanya sepaham menjadikannya sebagai sekolah rujukan.
Itu terbukti beberapa hari setelah mendapat penghargaan yang berlambang kalpataru itu, SMP Negeri 3 Babat didatangi beberapa lembaga sekolah yang menimba ilmu tentang keadiwiyataan.
Dwi Yono, Ketua Tim Adiwiyata yang sekaligus sebagai pembina kader lingkungan SMP 3 Babat mendapat bantuan berupa peralatan dan pepohonan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan.
Dwi Yono menuturkan, sampah-sampah yang terdiri atas serasah daun itu dicampur larutan EM-4 dan larutan gula (tetes tebu) ke dalam air dengan takaran tertentu. Setelah itu, larutan disiramkan merata pada daun-daun itu.
Kadar air dan tingkat kebasahannya antara 30–40 persen. Selanjutnya, sampah yang sudah lembap itu ditutup dengan terpal selama 4 minggu.
Pengomposan selesai dengan ditandai warna pupuk cokelat kehitaman. Itu berarti rabuk kompos siap dipakai, asal suhunya sudah tidak panas lagi.
Itu juga untuk mendayagunakan daun-daun yang berguguran di lingkungan sekolah, agar menjadi produk yang berdaya guna dan berhasil guna, serta memiliki nilai manfaat lebih. Tahap berikutnya adalah pengepakan.
Pupuk yang sudah jadi itu dikemas dalam plastik transparan tebal. Pupuk yang sudah siap dipasarkan itu diberi label Pupuk Kompos Arsega Produksi SMP Negeri 3 Babat. Arsega itu akronim dari arek SMP 3.
Ahmad Fanani Mosah
Guru SMP Negeri 3 Babat, Lamongan Artikel ini telah tayang di Tribunsurabaya.com dengan judul Di Sekolah Ini Sampah Jadi Uang, http://surabaya.tribunnews.com/2018/03/03/di-sekolah-ini-sampah-jadi-uang.
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.