Akibat Mogok GTT/PTT: Tersisa Kepala Sekolah, Panggil Pensiunan Bantu Mengajar
Wonogiri — Dampak mogoknya GTT/PTT ini dirasakan oleh guru-guru PNS yang harus mengajar beberapa kelas dalam satu waktu. Bahkan di beberapa sekolah terpaksa memanggil pensiunan guru dan meminta bantuan pengawas sekolah serta komite untuk mengajar dan mengondisikan kelas.
Ketua MKKS SMP Wonogiri Gino mengatakan, aksi mogok masal ini mempunyai efek berbeda-beda pada masing-masing sekolah. Untuk sekolah pinggiran memang sangat berdampak, tapi secara umum di sekolah perkotaan masih diatasi.
“Ada yang dampaknya di bagian kebersihan, satpam, guru, administrasi, di mana bobotnya berbeda-beda,” kata Gino di kantor disdikbud usai menggelar audiensi bersama para perwakilan GTT/PTT, Senin (8/10).
Dampak terberat dirasakan oleh SMP satu atap. Bahkan sampai meminta bantuan guru sekolah lain yang berdekatan untuk mengajar. Enam SMP satu atap tersebut berada di Jatipurno, Kismantoro, Karangtengah, Eromoko, Jatiroto, Tirtomoyo.
“Ada SMP satu atap yang PNS-nya hanya kepala sekolahnya saja. Ada juga hanya dua sampai tiga PNS. Bahkan di grup WA ada yang meminta bantuan agar dikirimkan guru darurat,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Mahmud Yunus mengatakan bahwa di tingkat sekolah dasar betul-betul sangat berdampak. Sedianya Senin kemarin (8/10) akan ada sosialisasi bantuan bantuan operasional sekolah (BOS). Namun, mengingat situasi dan kondisi sekolah tidak memungkinkan, akhirnya dibatalkan.
“Para kepala sekolah kami minta untuk kembali ke sekolah mengoordinasi kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing,” kata Mahmud.
Masalahnya hampir sama. Rata-rata di sekolah hanya ada dua sampai tiga PNS saja. Bahkan ada kepala sekolah yang mengampu dua sekolah sekaligus karena belum ada kepala sekolah definitif.
“Ada sekolah yang memanggil pensiunan untuk membantu mengajar, komite sekolah dan pengawas juga dilibatkan. Ini semua dilakukan supaya anak tidak telantar. Dilakukan semampu mungkin,” katanya.
Tri Hastuti, guru di SD Negeri VI Wonogiri mengaku terpaksa mengajar tiga kelas sekaligus. Semula, dirinya hanya mengajar kelas 6. “Saya sebenarnya guru kelas 6, tapi karena mogok mengajar kelas 6, 5 dan 1,” kata Tri Hastuti.
Padahal, untuk kelas 1 berada di lantai 1 sedangkan kelas 5 dan 6 berada di lantai 2. Dirinya terpaksa naik turun tangga untuk mengajar. “Kalau kelas 5 dan 6 relatif bisa ditinggal, kalau yang kelas 1 ini kan tidak bisa ditinggal, masih seperti anak TK,” ujarnya.
Di SDN 6 Wonogiri setidaknya ada lima guru PNS, namun kemarin (8/10) satu izin guru sakit dan satu guru sedang pelatihan. Kemudian, guru honorer yang mogok empat orang. Jadi kondisinya sangat repot.
Terpisah, Kepala SDN 2 Ndlepih, Kecamatan Tirtomoyo Sutarmin mengatakan bahwa setidaknya lima guru kelas dan dua PTT di sekolahnya mogok. Kini tinggal tiga guru PNS yang mengajar masing-masing dua kelas.
“Ya dikasih tugas, lalu dipantau, dan diminta mengumpulkan tugas. Karena gurunya harus dobel mengajar,” kata Sutarmin.
Menurut Sutarmin, bulan ini ada juga guru yang sudah pensiun. Pihaknya terpaksa dipanggil kembali untuk mengantisipasi aksi mogok para honorer. “Hati kecil mendukung mogok, tapi kasihan siswa kalau kelamaan,” katanya.
Berbeda dengan Sriyono, kepala SDN 4 Sidoharjo sekaligus merangkap kepala SDN 5 Sidoharjo. Kedua sekolah yang diampunya sangat merasakan dampaknya.
“Di SDN 4 Sidoharjo masih mendingan ada empat guru PNS. Yang SDN 5 Sidoharjo ini semua guru WB, tidak ada PNS,” kata Sriyono.
Kemarin dirinya terpaksa dibantu pengawas satu orang untuk mengajar di SD N 5 Sidoharjo. Kemudian, ada juga ketua komite sekolah yang ikut mengondisikan siswa. “Kelas 1, 2, 3 digabung. Kelas 4, 5,6 bisa dikasih tugas. Besok kami gilir masuk pagi dan siang,” katanya.
Di Kecamatan Eromoko, dampak aksi mogok para GTT/PTT langsung disikapi pemerintah kecamatan setempat. Camat menggandeng kepolisian dan TNI mengerahkan sumber daya yang ada untuk mengajar di sekolah.
Camat Eromoko Danang Erawanto mengatakan bahwa pihaknya membantu mengajar dengan mengerahkan sumberdaya yang ada. Berkeliling ke sekolah-sekolah yang kekurangan guru untuk mengajar. “Kami menggandeng polsek, koramil, bidan desa dan PWRI,” kata Danang, Senin (8/10).
Menurut Danang, dari Polsek Eromoko menerjunkan lima personel, Koramil Eromoko dua personil, Kecamatan Eromoko dua personil dan PWRI dua personel. Sedangkan untuk bidan desa diagendakan hari ini. Belasan sekolah sudah didatangi dan dibantu mengajar.
“Untuk jajaran dari Polsek dan Koramil mengajar PKN, sedangkan yang lain bebas. Yang penting kegiatan belajar mengajar berjalan, pelayanan pendidikan lancar,” katanya.
Terpisah, Kapolres Wonogiri AKBP Robertho Pardede mengatakan beberapa personel memang sudah diperbantukan untuk mengajar. Namun, saat ini pihaknya masih mendata terkait aksi mogok GTT/PTT. “Kami data dulu. Besok (hari ini) baru kami terjunkan personel. Kalau mata pelajaran SD kita masih mampu lah,” katanya.
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.