YAPPIKA-ActionAid (YAA) Luncurkan Program Partisipasi Publik Untuk Pendidikan Dasar Berkualitas
Jakarta – YAPPIKA-ActionAid (YAA) menggelar Peluncuran Proyek “Promoting Civil Society-led Initiatives for Inclusive and Quality Education in Indonesia” dan Talkshow Pendidikan Nasional “Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Mewujudkan Pendidikan Dasar yang Inklusif dan Berkualitas di Indonesia”. Kegiatan dipusatkan di Jakarta,Jumat (18/5).
Talkshow menampilkan sejumlah narasumber praktisi, jajaran kementerian pemerintah dan organisasi sipil (LSM), serta mitra organisasi donor yang fokus dalam program peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.
Rangkaian peluncuran dihadiri Duta Pendidikan Yappika-ActionAid dan dikenal luas salah seorang aktor muda terkemuka Reza Rahardian.
Reza dalam kesempatan sambutannya mengatakan, bahwa kemitraan semua pihak dapat mewujudkan akses pendidikan inklusif , berkualitas dan berkelanjutan.
Kepada tim seknas JPPI , Reza menyatakan optimismenya, terutama dengan keterlibatan masyarakat secara menyeluruh,publik diharapkan mencurahkan perhatian yang lebih kepada upaya bersama guna meningkatkan kualitas dan keadilan akses pendidikan di tanah air.
Organisasi sipil , pusat kajian kampus-kampus dan komunitas, tambah Reza, diharap dapat menjadi mitra pemerintah dalam mengatasi berbagai ketimpangan pendidikan di tanah air.
Talkshow Jumat yang berlangsung di kantor Kemendikbud merupakan rangkaian kegiatan puncak peluncuran program pendidikan yang digagas ditiga kabupaten. Talkshow pendidikan dihadiri pihak Kemendikbud , Vincent Guerend, Dubes Uni Eropa untuk Indonesia dan Timor Lorosae dan delegasi sejumlah perwakilan negara sahabat lainnya, akademisi , dan media-media terkemuka.
YAPPIKA-ActionAid (YAA) menjadi lead organisasi dalam pengelolaan proyek yang didanai oleh European Union (EU), dengan tema program “Promoting Civil Society-led Initiatives for Inclusive and Quality Education in Indonesia”. Dalam program ini, YAA bermitra dengan 3 organisasi lokal, yaitu GEMAWAN di Kabupaten Sambas, SOLUD di Kabupaten BIMA, dan Yayasan Bahtera di Kabupaten Sumba Barat.
Program kemitraan peningkatan kualitas ini bertujuan untuk mempromosikan tata kelola dan akuntabilitas yang lebih baik pada bidang pendidikan dan sejalan dengan pencapaian indikator #4 SDGs melalui keterlibatan masyarakat yang aktif dalam proses pembangunan.
Program ini fokus untuk mendorong terwujudnya pendidikan inklusif dan berkualitas di 3 (tiga) kabupaten, yaitu: (1) Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat); (2) Kabupaten Bima (Nusa Tenggaran Barat), dan (3) Kabupaten Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur). Di level nasional, proyek ini akan mendukung penguatan sistem penjaminan mutu pendidikan dasar diantaranya melalui: (1) terwujudnya Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pendidikan mengadopsi panduan tentang pendidikan inklusif dan responsif gender; (2) peningkatan alokasi anggaran infrastruktur pendidikan dasar di tingkat kabupaten; (3) meningkatnya kualitas pemanfaatan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) di 3 wilayah program; dan (4) kampanye untuk meningkatkan kesadaran mengenai pendidikan dasar.
Beberapa warga memuji inisiasi YAPPIKA-ActionAid (YAA) dan mitra guna mewujudkan program model kali ini, terutama dalam mewujudkan pendidikan dengan sarana prasarana layak, sekolah aman, kurikulum dengan kearifan lokal yang cukup, serta penguatan kemampuan literasi , pemenuhan hak pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK),asupan gizi dan mengatasi masalah kesehatan siswa, karena dinilai banyak sekolah dengan sanitasi yang minim. Semua akumulasi ketimpangan dan kesenjangan diharapkan bisa segera dituntaskan di tanah air.
Sejarah Yappika
Cikal bakal YAPPIKA berawal sejak tahun 1991 dengan terbentuknya Yayasan Persahabatan Indonesia Kanada (YAPIKA) atau Forum Indonesia Kanada (The Indonesia-Canada Forum/ICF). Fungsi YAPIKA pada saat itu adalah sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada organisasi-organisasi nirlaba di Indonesia. Kepengurusan YAPIKA adalah kolektif antara organisasi-organisasi nirlaba Indonesia dan Kanada.
Pada tahun 1997, YAPIKA mengalami perubahan menjadi lembaga Indonesia dan menambah peran-perannya untuk meningkatkan kapasitas organisasi-organisasi nirlaba Indonesia, melakukan advokasi kebijakan nasional pada isu-isu tertentu yang menjadi fokus perhatiannya. Nama YAPIKA pun berubah menjadi Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA).
Mulai tahun 2016, YAPPIKA menjadi anggota Federasi ActionAid Internasional. ActionAid adalah federasi organisasi nirlaba yang beranggotakan organisasi-organisasi nirlaba di 45 negara. YAPPIKA-ActionAid memiliki misi yang beririsan, yaitu memerangi kemiskinan dan ketidakadilan. Misi tersebut dilakukan bersama-sama masyarakat. (Tim)
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.