Peneliti: Apakah Pendidikan Mendorong Peningkatan Kesejahteraan?
Jakarta — Baru-baru ini,akademisi dan kalangan aktivis dari sejumlah lembaga prodemokrasi menghadiri agenda FORDIK Article 33 Indonesia yang berlangsung di Universitas Paramadina Jakarta. Mengangkat tema, “Kualitas Pendidikan dan Mobilitas Sosial Ekonomi: Apakah Pendidikan mendorong peningkatan kesejahteraan?, forum menerima beragam masukan terkait proses kajian komprehensif tentang pendidikan dan kesejahteraan di tanah air.
Baik buruknya kondisi persekolahan siswa, berhubungan dengan kemungkinan mobilitas sosial dan ekonomi siswa tersebut di masa dewasa. Hal itu merupakan temuan sementara penelitian Article 33 Indonesia yang dipaparkan dalam Forum Riset Pendidikan (FORDIK) ke-4 pada tanggal 8 Maret 2018 di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta. FORDIK merupakan forum diskusi untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan. Kegiatan diskusi tersebut dihadiri oleh lembaga penelitian, universitas dan NGO.
Studi ini menjelaskan bahwa indikator baik-buruknya persekolahan antara lain kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, tingkat pendidikan guru dan manajemen sekolah, jumlah pelatihan guru, dan pengalaman. Siswa miskin yang bersekolah di tempat yang memiliki sarana dan prasarana yang baik, seperti ruang kelas permanen, tersedia perpustakaan dan lapangan olah raga, mempunyai kemungkinan status sosial ekonominya meningkat setelah dewasa. Sebaliknya, siswa miskin yang bersekolah di tempat yang kurang bagus kualitasnya mempunyai probabilitas yang rendah untuk meningkat kesejahteraannya ketika dewasa. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan data Indonesia Family Live Survey (IFLS). IFLS merupakan data longitudinal yang merekam kondisi sosial ekonomi individu dalam rumah tangga sejak tahun 1993 hingga 2015.
Menanggapi temuan ini, Nisa Felisia, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sampoerna memberikan catatan agar mendefinisikan kualitas pendidikan tidak sekedar pada kelengkapan saran dan prasarana saja. Penentu kualitas pendidikan yang lebih utama adalah proses belajar dimana interaksi antara guru dan murid terjadi. Catatan lain juga diberikan oleh Rohidin, pegiat NGO dari PATTIRO, agar indikator kualitas lebih spesifik sehingga menjadi alat advokasi kebijakan yang kuat. Goldy, peneliti muda SMERU Institute menyarankan agar, mobilitas sosial dan ekonomi dapat dilacak dari tahun ke tahun untuk melihat dinamika yang terjadi sepanjang rentang waktu pengamatan.
Di akhir diskusi, Santoso, direktur eksekutif Article 33 Indonesia menambahkan bahwa penelitian di atas merupakan temuan awal. Dengan demikian masukan dari para peserta diskusi akan menjadi bahan untuk perbaikan penelitian. Lebih lanjut, santoso juga memberikan kesempatan secara luas bagi lembaga penelitian, universitas dan NGO untuk bergabung kedalam FORDIK.
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.