Miris! Ada Sekolah Tanpa Guru di Maros

0
775

Maros – Satu unit sekolah yang dibangun dari swadaya masyarakat, untuk meningkatkan pendidikan di wilayah pelosok nampak memperihatinkan. Betapa tidak, sekolah yang berada diatas pegunungan, di Dusun Bara Desa Bonto Somba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros ini membutuhkan seorang tenaga pengajar.

Bahkan sudah sepekan lamanya, tidak ada seorang guru yang datang mengajar ke sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) DDI Bara.

Salah seorang warga setempat yang juga merupakan orang tua salah satu siswa, Sabaria mengatakan sudah sepekan ini tidak ada seorang guru yang datang mengajar. Meskipun sebelumnya terdapat satu orang guru tetap yang mengajar di sekolah ini.

“Dulu pernah ada pengajar tetap, tapi sejak seminggu ini tidak ada lagi. Biasanya juga hanya mahasiswa dan relawan yang mengisi pembelajaran tapi tidak menetap hanya musiman,”ungkapnya kepada KABAR.NEWS, Kamis (11/01/2018).

Keberadaan sekolah yang kini merupakan kelas jauh dari milik Yayasan Pondok Pesantren Al-Muhajirin DDI Sakeang Maros ini, sepertinya tidak begitu beruntung. Bahkan perhatian pihak sekolah dan instansi terkait terbilang sangat minim.

“Dalam satu minggu ini tidak pernah ada yang mengajar, harapannya mudah-mudahan sekolah ini tetap maju dan anak anak juga tetap belajar dengan baik dan pihak sekolah memberikan perhatian,”bebernya.

Sementara itu, koordinator Indonesia Timur Lembaga Keluarga Peduli Pendidikan (KerLiP) Bagus Dibyo Sumantri saat menyambangi sekolah tersebut mengatakan, semua yang melihat kondisi sekolah seperti ini pasti akan merasa sedih, meskipun semangat belajar para siswa sangat tinggi dan antusias orang tua sampai harus mengantar dan menunggu anaknya kembali pulang sekolah.

“Meskipun dengan alasan apapun semestinya tidak ada sekolah dimaros seperti ini, namun karena hal ini bagian dari swadaya masyarakat untuk membuat sekolah meskipun masih terbilang belum layak,”katanya.

Bagus yang saat itu menyempatkan diri berdialog dan berbagi pengetahuan pada siswa dan siswi di sekolah ini mengakui, adanya kekurangan terkait sarana dan prasarana yang dimiliki khususnya pada tenaga pengajar yang sebelumnya hanya satu orang saja.

“Namun di sini ada harapan yang luar biasa, Saya sih berharap pemerintah atau semua pihak baik NGO dan lainnya bergerak bersama sama, karena disini lokasinya terpencil dan sangat butuh pendidikan yang layak. Saya fikir tidak bisa satu sekolah atau kelas berbeda hanya satu guru, itupun tingkatannya berbeda beda,”jelasnya.

Maros – Satu unit sekolah yang dibangun dari swadaya masyarakat, untuk meningkatkan pendidikan di wilayah pelosok nampak memperihatinkan. Betapa tidak, sekolah yang berada diatas pegunungan, di Dusun Bara Desa Bonto Somba Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros ini membutuhkan seorang tenaga pengajar.

Bahkan sudah sepekan lamanya, tidak ada seorang guru yang datang mengajar ke sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) DDI Bara.

Salah seorang warga setempat yang juga merupakan orang tua salah satu siswa, Sabaria mengatakan sudah sepekan ini tidak ada seorang guru yang datang mengajar. Meskipun sebelumnya terdapat satu orang guru tetap yang mengajar di sekolah ini.

“Dulu pernah ada pengajar tetap, tapi sejak seminggu ini tidak ada lagi. Biasanya juga hanya mahasiswa dan relawan yang mengisi pembelajaran tapi tidak menetap hanya musiman,”ungkapnya kepada KABAR.NEWS, Kamis (11/01/2018).

Keberadaan sekolah yang kini merupakan kelas jauh dari milik Yayasan Pondok Pesantren Al-Muhajirin DDI Sakeang Maros ini, sepertinya tidak begitu beruntung. Bahkan perhatian pihak sekolah dan instansi terkait terbilang sangat minim.

“Dalam satu minggu ini tidak pernah ada yang mengajar, harapannya mudah-mudahan sekolah ini tetap maju dan anak anak juga tetap belajar dengan baik dan pihak sekolah memberikan perhatian,”bebernya.

Sementara itu, koordinator Indonesia Timur Lembaga Keluarga Peduli Pendidikan (KerLiP) Bagus Dibyo Sumantri saat menyambangi sekolah tersebut mengatakan, semua yang melihat kondisi sekolah seperti ini pasti akan merasa sedih, meskipun semangat belajar para siswa sangat tinggi dan antusias orang tua sampai harus mengantar dan menunggu anaknya kembali pulang sekolah.

“Meskipun dengan alasan apapun semestinya tidak ada sekolah dimaros seperti ini, namun karena hal ini bagian dari swadaya masyarakat untuk membuat sekolah meskipun masih terbilang belum layak,”katanya.

Bagus yang saat itu menyempatkan diri berdialog dan berbagi pengetahuan pada siswa dan siswi di sekolah ini mengakui, adanya kekurangan terkait sarana dan prasarana yang dimiliki khususnya pada tenaga pengajar yang sebelumnya hanya satu orang saja.

“Namun di sini ada harapan yang luar biasa, Saya sih berharap pemerintah atau semua pihak baik NGO dan lainnya bergerak bersama sama, karena disini lokasinya terpencil dan sangat butuh pendidikan yang layak. Saya fikir tidak bisa satu sekolah atau kelas berbeda hanya satu guru, itupun tingkatannya berbeda beda,”jelasnya.

Untuk di dusun Bara sendiri, kini dihuni kurang lebih 400 Kepala Keluarga dan hanya terdapat satu sekolah, yakni kelas jauh milik milik Yayasan Pondok Pesantren Al-Muhajirin DDI Sakeang Maros. Dengan jumlah siswa di sekolah kelas jauh ini mencapai 53 siswa tingkatan MI dan 20 orang siswa ditingkatkan MTs.

Untuk di dusun Bara sendiri, kini dihuni kurang lebih 400 Kepala Keluarga dan hanya terdapat satu sekolah, yakni kelas jauh milik milik Yayasan Pondok Pesantren Al-Muhajirin DDI Sakeang Maros. Dengan jumlah siswa di sekolah kelas jauh ini mencapai 53 siswa tingkatan MI dan 20 orang siswa ditingkatkan MTs.

Leave a reply