Kemenag RI Gelar Seminar Hasil Riset Kompetensi TIK Guru MA

0
674

BEKASI – Baru-baru ini, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta menggelar seminar hasil penelitian terkait survei Kopetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guru Madrasah Aliyah (MA). Hadir langsung dalam kegiatan tersebut Direktur Dirjend GTK Kemenag RI, Suyitno dan jajaran Balitbang Kemenag RI. Acara berlangsung di Hotel Horrison – Bekasi, Jawa Barat, pada hari Senin sampai Selasa 18 sampai 19 Septeember 2017.

Dalam pemaparan materi, Sumarsih Anwar salah satu tim peneliti menyimpulkan, bahwa survey tersebut dilakukan di dua Provinsi yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat.  Tujuan survey untuk memetakan infrastruktur dan kopetensi TIK di MA, menggambarkan pemanfaatan TIK, dan mengindentifikasi hambatan-hambatan dalam pemanfaatan TIK,” paparnya.

Selain itu, lanjut Sumarsih, jenis infrastruktur yang paling banyak dimiliki oleh MA di Jakarta adalah computer, laptop, proyektor, LCD dan telepon. Dan Jawa Barat adalaah mesin printer, computer, proyektor LCD dan laptop. Untuk jenis infrastrukstur TIK yang mayoritas sudaah dimiliki guru MA adaalah laptop, dan smartphone/HP, dan mesin printer.

“Pemanfaatan TIK untuk kurikulum dan penilaian guru MA di Jakarta dalam kategori tinggi. Sedangkan jawa barat kategori cukup tinggi. Sedangkan pemanfaatan yang cukup banyak di Jakarta dan Jawa Barat adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),” jelasnya.

Terkait dengan pedagogik, pemanfaatan TIK paling sering digunakan adalah untuk menyajikan materi pembelajaran, sedangkan pemanfaatan yang masih jarang digunakan adalah terkait dengan penyajian materi digital, media internet dan audio visual. “Secara umum pemanfaatan TIK di Jakarta dan JAWA baarat sudah cukup tinggi,” paparnya.

Adapun hambatan-hambatan dalam pemanfaatan TIK dalam scor indeks masih di atas 2,6 (dalam skala 1-5). Jika diurut dari faktor hambatan yang paling sering di Jakarta adalah keterbatan kecepaatan internet (3,41), kurang trampil menggunakan TIK (3,08), dan keterbatasan waktu  (3,05).

“Untuk survey di Jawa Barat menunjukkan hambatan paling sering jika diurut adalah keterbatasan jumlah komputer (3,67), keterbatasan kecepatan internet (3,63), keterbatasan laptop (3,57), keterbatasan waktu (3,16), kurang terampil (3,14), dan keterbatasan akses internet (3,13),” imbuhnya.

Selanjutnya, tim peneliti memberikan 3 pokok rekomendasi yang disampaikan kepada para pemegang kebijakan sebagai berikut:  Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam perlu memetakaan dan memfasilitasi kebutuhan infrastruktur TIK di Madrasah Aliyah. Kedua, Bdan Litbang dan Litbang perlu merancang program pendidikan dan latihan TIK bagi guru Madrasah Aliyah. Ketiga, Madrasah Aliyah perlu menggandeng lembaga independen atau swasta untik mendukung pembiayaan infrastruktur TIK lembaga. Sementara itu, menanggapi temuan hasil riset, Direktur Dirjend GTK Kemenag Suyitno, menyampaikan apresisi atas terlaksananya penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta sebagai upaya mencari solusi atas problem penggunaan TIK guru Madrasah Aliyah. “Terkait dengan hasil survey, saya memberi saran untuk lebih detail dan kalau bisa harus diturunkan pada mata pelajaran tertentu soal penggunaan TIK di MA, karena  tidak semua mata pelajaran membutukan penggunaan TIK,” ujarnya.

Beberapa rekomendasi, Lanjut Suyitno, akan menjadi bahan kajian di GTK Kemenag dan pihaknya akan mencari solusi yang tepat dan cepat unuk mengatasi hambatan-hambatan guru dalam penggunaan TIK, ”Kami sangat berterimakasih, karena ini bagian dari masukan kepada kami, selanjutnya ini akan kami diskusikan lebih lanjut dengan GTK, karena ini juga menjadi tanggung jawab kami selaku Direktorat Guru dan Kependidikan di Kemenag, “ pungkasnya.

JPPI-Balitbang Agama Jakarta Konkritkan Kemitraan Strategis

Koordinator Advokasi JPPI Ahmad Nailul melakukan komunikasi intensif dengan  Tim Balai Litbang Agama Jakarta yang melahirkan beberapa gagasan guna ditindaklanjuti lebih konkrit ke depan, antara lain:

1.Balitbang akan mengajak JPPI terlibat dalam kegiatan apapun yang dilaksanakan litbang ke depan.

2.Kerjasama dalam hal riset sangat dibutuhkan Litbang kepada CSO (JPPI) sebagai lembaga yang fokus terhadap pemantauan pendidikan.

3.Litbang meminta JPPI untuk menjalin komunikasi yang kuat terkait dengan isu pendidikan, khsusunya temuan hasil riset di madrasah.

4.JPPI juga meminta Litbang untuk membuka akses seluasnya sebagai lembaga riset madrasah kepada JPPI untuk bisa disingkronkan dalam bentuk kerjasama apapun.

5.JPPI salah satu CSO yang diundang Litbang Kemenag untuk ikut kegiatan seminar riset.

Seknas Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia, sebagai salah satu konsorsium pendidikan dengan mitra terbesar pertama di tanah air selalu konsisten ambil bagian dalam pertemuan dan  audiensi reguler membahas tema-tema terkait pemajuan sektor pendidikan dengan pihak Kemenag RI  multiaspek. (tim)

Leave a reply