Bogor Bersatu untuk Pendidikan Inklusi Lebih Berkualitas

0
1690

BOGOR – Pekan ini publik Bogor bersatu dengan kalangan siswa sekolah berpartisipasi dalam berbagai cabang perlombaan memeriahkan Festival ABK 2017. Festival yang digelar merupakan kegiatan puncak diisi setelah sebelumnya pihak penyelenggara mengadakan workshop dua hari terkait pendidikan inklusi dan tata kelola pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 2017 . Festival didisi dengan beragam lomba, antara lain lomba mewarnai, fashion show, lomba menyanyi yang dipusatkan di hall komplek parlemen Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (31/8).

Dalam sambutannya, Teguh  Prasetyo dari  Yayasan Diffable Action Indonesia (YDAI) memuji besarnya partisipasi dan peran serta para orang tua dan dewan guru, masyarakat serta kalangan swasta dalam mewujudkan masa depan pendidikan inklusi yang lebih ramah di Kabupaten/Kota Bogor.

“Festival diharapkan menggugah publik  lebih peduli terhadap pendidikan inklusi, utamanya peluang pendidikan bagi siswa sekolah ABK di Bogor dan tanah air umumnya”, demikian Teguh.

Selain dihadiri ratusan siswa, praktisi pendidikan dan tamu undangan hadir  kalangan pemangku kebijakan kabupaten dan kota serta tokoh masyarakat Jawa Barat.

Koordinator Seknas Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia JPPI Ubaid Matraji mengatakan, perhatian para pemangku kebijakan terkait pendidikan dan masa depan ABK perlu didorong multiaspek, terutama terkait pelayanan serta aspek sarana prasarana yang berdinggungan dengan kebijakan anggaran pendidikan.

“Kabupaten dan Kota Bogor diharapkan dapat menjadi kawasan model nasional guna mewujudkan pendidikan inklusi yang lebih komprehensif , harap Ubaid.

Sekolah inklusi, tambah  Ubaid, perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah. “Pemerintah harus memastikan keberadaan sekolah inklusi ini sebagai akses yang memudahkan ABK untuk mendapatkan pendidikan yang layak,” ujar Ubaid.

Baru-baru ini dalam  riset JPPI melalui Right To Education Index (RTEI) menyebut bahwa problem krusial pendidikan nasional sedikitnya terdapat tiga hal. Pertama, Kualitas guru rendah. Kedua, Diskriminasi terhadap kelompok marginal. Dan yang ketiga, sekolah masih belum ramah anak.

“Pendidikan inklusi untuk ABK ini kami rasa masih belum merata. Pemerintah harus melakukan rencana strategi guna memastikan adanya anggaran untuk mendukung penyandang difabel mendapat peluang pendidikan yang cukup layak,” jelas Ubaid.

Festival juga menampilkan sejumlah stan sekolah dan lembaga-lembaga peduli pendidikan inklusi dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Beberapa stan memamerkan karya-karya pelajar sekolah inklusi serta penyandang disabilitas yang aktif dalam program UMKM kewirausahaan  yang memproduksi  asesoris busana berbagai bahan, produk-produk kulinari yang syarat asupan gizi dan ramah lingkungan.

Kabupaten Bogor akan segera mendata ABK

Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, seperti dilaporkan Bogornews belum memiliki data yang akurat mengenai jumlah pasti Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Untuk itu guna mendapatkan jumlah ABK yang akurat,  Disdik Kabupaten Bogor pada akhir 2017 akan melakukan pendataan di kurang lebih 100 SD yang tersebar di 40 Kecamatan.

Hal tersebut dikemukakan Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Ade Suryana Sabtu (26/8)  usai menghadiri Workshop Pendidikan Inklusi yang diadakan Yayasan Diffable Action Indonesia (YDAI) di kawasan Jl.  Pajajaran,  Kota Bogor.

“Akhir 2017 nanti kami akan melakukan pendataan.  Pendataan ini membutuhkan dana yang besar dan waktu yang panjang. Anggaran untuk pendataan sudah diakomodir di Anggaran Perubahan, ” ujarnya.

Ia pun sangat berharap,  dengan ada pendataan tersebut pihaknya mendapatkan data yang valid baik ABK yang berada di sekolah maupun di luar sekolah.

Untuk itu ia sangat berharap kerjasama banyak pihak,  baik masyarakat maupun orangtua yang memiliki ABK agar dapat menyampaikannya pada saat pendataan dilakukan.

“Kalau ABK yang ada di sekolah,  mendatanya sangat mudah karena ada formatnya. Data dari sekolah lalu dikirim. ke UPT.  Susahnya kalau ada ABK diluar sekolah, kita susah mendatanya,” tuturnya.

Persoalannya, masih adanya perasaan malu dari sebagian masyarakat terutama yang memiliki ABK.

“Ini yang sulit, masyarakat merasa jika memiliki salah satu anggota keluarganya yang ABK adalah suatu hal yang tabu dan memalukan. Kita perlu sosialisasikan agar perasaan seperti itu tidak benar,” pungkasnya.

Media-media jaringan nasional baru-baru ini menurunkan laporan bahwa Penyandang difabel tidak mau ketinggalan ikut memperingati Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534 guna mewujudkan Bogor Ramah Difabel. Dari lebih 3500 orang penyandang disabilitas  masih sekitar 300 yang aktif dan berpartisipasi di Bogor.

Beberapa analis mengatakan, Indonesia dinilai tengah memacu mewujudkan pendidikan inklusi lebih berkualitas. Survei Nasional Badan Pusat Statistik pada 2016 menunjukkan, dari 4,6 juta anak yang tidak sekolah, satu juta di antaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Di level global, Finlandia , Swedia, Jerman dan Jepang dinilai merupakan negara-negara  dengan pendidikan inklusi cukup komprehensif  (*rd)

Comments are closed.