Jatuh atau Bunuh Diri? Pemprov DKI Didesak Segera Investigasi Tewasnya Siswi SD

0
828

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk membentuk tim investigasi untuk mengusut kasus tewasnya siswi SD dari lantai 4 sekolahnya di Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Hal itu kaitannya ada dugaan perundungan atau bullying dalam peristiwa loncatnya korban dari ketinggian.

Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji mengatakan, sebenarnya ada beleid yang mengamanatkan sekolah untuk membentuk tim pencegahan kekerasan. Hal itu termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi yang membentuk satuan tugas pencegahan dan penanganan kekerasan seksual (Satgas PPKS).

Ubaid menyebut, meski ada aturan itu, hingga saat ini belum terlihat adanya penerapan satgas di sekolah, kaitannya untuk menangani masalah perundungan atau bullying di lingkungan sekolah.

“Permendikbud untuk pencegahan kekerasan di sekolah sudah ada peraturan, kita tidak pernah mengalami kekosongan peraturan tentang pencegahan kekerasan di sekolah,” kata Ubaid kepada wartawan, Rabu (27/9/2023).

Menindaklanjuti masalah yang dialami siswi SD di Petukangan Utara, dia mendesak agar Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta untuk membentuk satgas pencegahan kekerasan. Diantaranya utamanya dalam menanggapi kasus perundungan.

Pasalnya, menurut Ubaid sekolah belum tanggap dalam melakukan pencegahan seperti sistem pelaporan hingga pendampingan mengenai masalah-masalah seperti perundungan. Pihak Disdik DKI Jakarta pun dinilai menutupi jika benar adanya kasus perundungan yang memakan korban.

“Itu menjadi sangat penting, ini harus ada semacam tim investigasi. Ada tata kelola yang harus ditata serius, yang harus dibereskan soal dinas menutupi, lalu bagaimana ini menjadi persoalan yang mampu meningkatkan awareness kepada seluruh masyarakat terhadap soal ini,” tutur dia.

Sebelumnya diketahui, Polres Metro Jakarta Selatan menyampaikan informasi terbaru mengenai hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) peristiwa meninggalnya siswi SD di kawasan Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Selasa (26/9/2023). Pihak kepolisian mulanya menyebut bahwa siswi kelas VI tersebut terjatuh dari lantai 4 sekolahnya, namun update informasi yang disampaikan bahwa korban ternyata lompat, bukan jatuh.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengatakan, pihaknya telah melakukan olah TKP kemarin dengan melakukan berbagai pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan, pihak kepolisian menemukan barang bukti yang menunjukkan bahwa korban ternyata melompat dari lantai 4 gedung sekolahnya.

“Kami tegaskan dugaan awal melompat karena ditemukan adanya barang bukti berupa meja, awalnya saya pikir kursi, yang dijadikan yang bersangkutan untuk pijakan melompat ke bawah,” kata Bintoro saat dihubungi Republika, Rabu (27/9/2023).

Dia menjelaskan, barang bukti itu menguatkan adanya indikasi korban melakukan aksi percobaan bunuh diri. Pihaknya juga melakukan pengecekan dari rekaman kamera tersembunyi atau CCTV.

“Ya kami melihat dalam hal ini, dari rekaman CCTV juga yang bersangkutan melompat dari ketinggian. Cuman masih kami dalami, kami belum menyimpulkan,” jelas dia.

Bintoro menyebut pihaknya belum menemukan motif dari aksi yang bersangkutan memutuskan untuk melompat dari ketinggian. Saat disinggung adanya dugaan perundungan atau bullying, Bintoro menegaskan bahwa pihaknya belum bisa menyimpulkan.

“Nanti setelah kami mendalami akan tahu motif yang bersangkutan kenapa melompat,” tutur dia.

Sejauh ini sudah ada empat orang saksi yang diperiksa dalam kasus tersebut. Bintoro memastikan pihaknya bakal segera merampungkan upaya pemeriksaan.

sumber: Republika.co.id

Comments are closed.

Keracunan MBG Muncul Lagi, JPPI: Pemerintah Mohon Dengarkan Suara Rakyat

0
21

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mendesak, pemerintah serius menanggapi kembali munculnya kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat pada, Selasa (14/10/2025).

“Pemerintah mohon dengarkan suara rakyat. Ini korban terus berjatuhan per pekan, ada ribuan korban terus berjatuhan,” kata Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji saat dikonfirmasi melalui gawai, Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Badan Gizi Nasional (BGN) seharusnya lebih peka terhadap situasi di lapangan, sebab telah banyak penerima manfaat menjadi korban keracunan akibat program MBG.

“Nunggu berapa banyak lagi yang mau bergelimpangan? BGN coba rasakan kepedihan orang tua yang anak-anak kesayangannya keracunan, dia harus berjuang hidup denngan nyawa sebagai taruhan,” ucap Ubaid.

Ia meminta, pemerintah melakukan penutupan seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) imbas maraknya kasus keracunan akibat salah satu program andalan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto itu, sekaligus perbaikan layanan MBG.

“Tidak ada kata terlambat. tutup semua dapur dan lakukan evaluasi total. Lalu, perioritaskan kepada mereka yang membutuhkan dan perbaiki kualitas progam,” ujar Ubaid.

Ratusan siswa di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu program MBG pada, Selasa (14/10/2025). Total korban keracunan mencapai 345 siswa. Data itu tercatat hingga Rabu (15/10/2025) siang tadi.

JPPI telah mencatat kasus keracunan akibat menu MBG sejak program tersebut diluncurkan pada awal tahun 2025. Kasusnya meledak pada September 2025, angkanya bertambah setiap pekannya. Mulanya hanya 8.000 kasus, kemudian bertambah menjadi 10 ribu hingga awal Oktober 2025.

Jumlah korban terbaru keracunan akibat program MBG tercatat 1.084 orang. Itu dihimpun dari berbagai daerah Indonesia dari periode 6 – 12 Oktober 2025.

“Dengan penambahan ini, total korban sejak awal tahun (2025, red) mencapai 11.566 anak,” imbuh Ubaid terpisah dalam keterangannya, Jakarta, Senin (13/10/2025).

indopos.id

Comments are closed.