
Sejumlah siswa mengikuti kampanye "Stop Bullying" di Medan, Sumatera Utara, Senin (12/11/2018). Kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) tersebut bertujuan untuk menolak segala tindakan yang menimbulkan perundungan (bullying) baik secara fisik maupun non fisik terhadap anak di bawah umur. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/pras.
JPPI: 2024, Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Melonjak Lebih dari 100 Persen
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkapkan tren kekerasan di lingkungan pendidikan terus mengalami peningkatan, dengan 573 kasus tercatat pada tahun 2024.
Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, mengatakan 2024 menjadi tahun dengan lonjakan kasus paling tinggi, meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan dengan tahun 2023.
“Tahun ini mengalami lonjakan lebih dari 100 persen jumlah kasus jika dibandingkan dengan tahun 2023. Jadi kalau 2024 ada kasus kekerasan 573 kasus, berarti sehari itu lebih dari satu kasus terjadi di Indonesia, di jenjang pendidikan dasar dan menengah ini. Karena itu, mestinya menjadi perhatian kita bersama ya, kenapa ini trennya tidak mengalami penurunan, tetapi dari tahun ke tahun terus mengalami tren kenaikan,” ujar Ubaid kepada KBR, Senin (30/12/2024).
Ubaid merinci dalam catatan JPPI, pada tahun 2020 terdapat 91 kasus kekerasan di pendidikan yang terlaporkan, tahun 2021 naik menjadi 142 kasus, tahun 2022 naik lagi menjadi 194 kasus, tahun 2023 naik menjadi 285 kasus, dan tahun 2024 terdapat 573 kasus.
Menurut Ubaid, kekerasan di pendidikan dasar dan menengah ini terus terjadi karena sosialisasi dan edukasi mengenai kekerasan, kekerasan seksual, dan perundungan di sekolah masih lemah. Baik peserta didik maupun tenaga pengajar juga masih banyak yang belum memahami terkait hal itu.
“Bahkan satgas kekerasan di sekolah banyak yang dibentuk kemudian tidak tahu mau bagaimana. Bahkan kapasitas mereka untuk memahami kekerasan itu apa dan bagaimana itu juga mereka banyak yang tidak tahu,” kata Ubaid.
Dia menambahkan, mayoritas kekerasan tersebut terjadi di Pulau Jawa, dengan Provinsi Jawa Timur menjadi daerah dengan angka kekerasan paling banyak. Selain itu, dia juga menyoroti kasus kekerasan seksual paling banyak terjadi di lingkungan pendidikan.