Fokus Utama MPLS: Membangun Fondasi Pendidikan, Bukan Sekadar Formalitas

0
11

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menekankan bahwa pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum penting untuk membangun dasar yang kuat bagi peserta didik baru.

“Esensi dari MPLS adalah menciptakan pengalaman yang bermakna dan transformatif bagi siswa baru, bukan hanya rutinitas administratif atau—lebih parah—ajang perpeloncoan,” ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (13/7). Ia menambahkan bahwa setiap kegiatan dan interaksi selama MPLS harus diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pertumbuhan siswa.

Ubaid menjelaskan bahwa aspek utama yang harus menjadi perhatian adalah integrasi sosial. Banyak siswa baru yang datang dari latar belakang sosial dan tingkat kepercayaan diri yang beragam. Karena itu, kegiatan MPLS harus mendorong terciptanya interaksi yang sehat dan membangun solidaritas di antara mereka. “Ini lebih dari sekadar mengenal nama teman sebangku. Ini tentang menumbuhkan rasa kebersamaan dan membangun identitas kolektif sebagai bagian dari keluarga besar sekolah,” katanya. Ia juga menyarankan agar kakak kelas yang dipilih dan dibina secara khusus bisa berperan sebagai fasilitator yang empatik, bukan sekadar ‘senior.’

Selain itu, Ubaid menilai MPLS sebagai waktu strategis untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh sekolah. “Ini adalah kesempatan emas untuk menanamkan karakter dan identitas sekolah. Bukan sekadar membacakan tata tertib, tapi menyampaikan filosofi di balik aturan tersebut. Ceritakan sejarah, tradisi, dan kisah alumni yang inspiratif, agar siswa merasa bangga menjadi bagian dari komunitas sekolah ini,” tambahnya.

Poin penting lainnya adalah pengembangan potensi sejak dini. Menurut Ubaid, meskipun pelaksanaan MPLS hanya berlangsung dalam waktu singkat, namun sudah bisa menjadi pintu awal untuk mengenali minat dan bakat siswa. “Kenalkan mereka pada berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan program pengembangan diri secara interaktif, bukan hanya berupa daftar kegiatan. Libatkan mereka secara langsung agar muncul rasa ingin tahu dan semangat untuk mengeksplorasi diri lebih jauh,” jelasnya.

Terakhir, ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak. Salah satu langkah konkret yang harus dilakukan adalah mengenalkan siswa kepada Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang berperan dalam menangani berbagai bentuk kekerasan di lingkungan sekolah. “Anak-anak harus tahu ke mana dan kepada siapa mereka bisa melapor jika mengalami kekerasan, termasuk selama MPLS. Prinsip sekolah ramah anak harus terus dijaga dan diperkuat bahkan setelah MPLS selesai,” pungkasnya.

Comments are closed.