Membudayakan Budaya Membaca Peserta Didik
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga berfungsi memperluas pengetahuan dan bahasa seseorang (Mujib, 2013:61). Sebenarnya untuk menumbuhkan kebiasaan membaca bagi anak-anak tidaklah sulit. Hanya perlu sedikit kreatif dari para guru untuk mengatasinya.
Kemampuan membaca pada anak usia dini disebut dengan istilah kemampuan membaca permulaan. Kemampuan yang diperlukan dalam membaca diperoleh dari mengenal bentuk, mengenal perbedaan huruf, mengenal rangkaian (pola) dan mengenal perbedaan.
Adapun manfaat membaca yaitu untuk meningkatkan daya berpikir dan memperoleh pengetahuan yang dapat mendukung kebahasaan anak dalam meningkatkan wawasan yang diperoleh anak guna mengambil keputusan yang dipilihnya. Selain itu juga dapat memenuhi rasa ingin tahu anak, situasi yang memberikan suasana membaca dapat menjadikan lingkungan kondusif untuk belajar anak dan dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat.
Melalui membaca dapat memperoleh informasi yang ada di lingkungan sekitar yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai dasar melakukan tindakan maupun memberikan respons terhadap lingkungan. Informasi yang diperoleh mengandung nilai-nilai yang dapat diambil manfaatnya, sehingga sesuatu yang diperoleh dari membaca dapat memperkaya pengetahuan dalam dirinya.
Pada dasarnya anak-anak suka meniru. Sebagai pendidik, guru haruslah menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya. Jika guru menginginkan peserta didiknya mempunyai kesenangan dalam hal membaca. Maka guru pun harus mempunyai kesenangan pula dalam membaca. Misalnya, seorang guru menganjurkan peserta didik untuk membaca minimal satu buku dalam seminggu. Guru harus sudah melakukan hal tersebut terlebih dahulu sebelum ia menganjurkan kepada peserta didiknya.
Menjadikan peserta didik mempunyai kebiasaan membaca dapat ditanamkan dengan mencontoh orang yang lebih tua. Kebiasaan muncul karena kegiatan tersebut sering dilakukan. Lalu bagaimana saat peserta didik berada dirumah? Di sini guru harus bekerjasama dengan orangtua untuk mengawasi anaknya dalam hal tersebut. Orangtua bukan hanya mengawasi saja, tetapi ikut serta dalam mengembangkan budaya membaca bagi anak-anaknya. Karena anak-anak suka meniru apa yang dilakukan orang dewasa, maka orangtua pun harus senang membaca baik di depan anak-anaknya maupun tidak.
Seperti yang dikatakan oleh (Setiono, 2015:212), bahwa orangtua harus menjadi contoh yang baik. Bila orangtua gemar membaca, menyediakan bacaan yang memadai dan mengatur suasana rumah yang mendukung untuk membaca, maka niscaya anakpun akan ikut gemar membaca. Sama halnya pendidik, guru juga harus gemar membaca, saat di sekolah berilah kesan dan contoh membaca agar peserta didik dapat menirunya. Guru dapat menjadikan kebiasaan membaca ini sebagai kewajiban yang harus dilakukan sebagai konsekuensi tugas karena telah memilih pekerjaan menjadi guru.
Dalam membudayakan budaya membaca pada peserta didik tentunya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi guru. Adanya hambatan dan dorongan pula yang muncul. Seperti halnya buku perpustakaan yang tersedia hanya sedikit dan sudah lama serta banyak yang rusak. Dengan demikian, kekurangan sarana bukanlah sebagai alasan untuk tidak menanamkan budaya membaca pada peserta didik.
Untuk mengatasi kurangnya sarana dalam menanamkan budaya membaca, guru haruslah kreatif. Karena anak-anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, aktif, eksploratif dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu diimbangi oleh guru sebagai pengajarnya. Sehingga guru mampu bertindak sesuai kondidi yang ada. Guru dapat menawarkan solusi kepada peserta didik, beri kesempatan mereka berinisiatif. Misalnya, peserta didik dapat mengumpulkan potongan koran atau majalah bekas yang berisi cerita pendek atau dongeng. Dengan begitu peserta didik juga menjadi lebih aktif dan mempunyai keingintahuan yang lebih dalam mencari bahan bacaan.
Bila terjadi kesusahan saat mencari bahan bacaan dalam koran maupun majalah bekas, guru harus lebih kreatif lagi. Terlebih saat ini merupakan zaman modern, dimana segala sesuatu yang sulit menjadi mudah karena teknologi. Guru dapat membantu peserta didik mencari bahan bacaan melalui internet. Dengan demikian tidak ada alasan bagi peserta didik untuk membaca saat di sekolah mempunyai kekurangan sarana bahan bacaan.
Selanjutnya dalam menanamkan budaya membaca peserta didik, guru harus memberi pujian. Karena kebutuhan anak akan pujian lebih besar daripada orang dewasa. Bagi anak, pujian orang dewasa akan memuaskan jiwanya. Pujian merupakan kebutuhan pokok bagi anak (Munir, 2007:61). Guru mempunyai banyak kesempatan dalam memberikan pujian kepada peserta didik yang berhubungan dengan membaca. Misalnya, peserta didik diberi pujian saat ia dapat menyelesaikan membaca satu buku dalam waktu seminggu dan telah mampu menceritakan isi cerita yang dibacanya.
Kemampuan membaca sangatlah penting bagi manusia, khususnya anak-anak harus ditanamkan budaya membaca sejak dini. Realita dalam kehidupan sekarang ini, banyak sekali sejak dini anak sudah dikenalkan dengan gadget yang membuat anak sulit untuk menyukai buku bacaan.
Dengan demikian, membudayakan budaya membaca pada peserta didik akan berhasil jika dilakukan bersama-sama oleh guru, peserta didik serta orangtua. Yaitu dengan cara memberi contoh gemar membaca kepada peserta didik, dengan begitu peserta didik akan menirunya. Serta pemberian pujian sangat diperlukan bagi pembudayaan budaya baca. Kiranya dapat menjadi solusi bagi para pendidik di manapun dan orang tua yang menginginkan anak-anaknya mempunyai kebiasaan membaca yang baik. Semoga bermanfaat.
Umiyati SPdI, Pendidik SD Negeri Pasir Lor UPK Karanglewas
Leave a reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.