
Koordinator JPPI, Kekerasan di Sekolah Bukan Hanya Tanggung Jawab Sekolah, tapi Juga Pemerintah
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji mengatakan, kekerasan yang terjadi di sekolah tidak hanya tanggung jawab pihak sekolah, tetapi juga pemerintah.
Hal itu diungkapkan Ubaid terkait adanya kejadian dua siswa yang tewas diduga dianiaya teman sekolahnya yang terjadi di Binjai, sumatera Utara dan di Kotamabagu, Sulawesi Utara. Peristiwa penganiayaan itu terjadi di area sekolah.
Ubaid mengatakan, banyaknya kasus kekerasan di sekolah karena pemerintah tidak pernah menganggap serius persoalan ini.
“Semua pihak yang terlibat mesti bertanggung jawab, pemerintah juga, jangan dianggap sebagai kasus sepele dan kecil,” kata Ubaid, kepada Kompas.com, melalui pesan WhatsApp, Selasa (14/6/2022).
Kata Ubaid, hasil riset JPPI 2021-2022 tentang Right to Education Index, yang paling buruk adalah soal savety learning environment.
Ia pun menyebutkan, sekolah ramah anak masih sebatas retorika kebijakan saja dan belum well implemented di lapangan.
“Pengawasan yang buruk dan tidak adanya early warning system ini juga turut andil dalam soal ini,” ujarnya.
Ubaid mengungkapkan, untuk menciptakan savety learning environment di sekolah, harus didorong oleh kebijakan pemerintah untuk menerapkan di semua sekolah soal sekolah ramah anak ini, jangan hanya di sekolah-sekolah tertentu saja yang jadi percontohan yang tidak pernah dievaluasi.
“Ini bisa dikembangkan dengan membangun cara pandang, sikap, dan praktik toleransi aktif, anti kekerasan, peduli lingkungan, empati, dan setia kawan,” ujarnya.
Agar kejadian kejadian serupa tidak terjadi lagi, kata Ubaid, sumber daya manusia guru juga harus dibenahi.
Bukan itu saja, sambungnya, pendekatan dalam pembelajaran juga harus ramah anak dan dihilangkan model-model kekerasan.
“Pendekatan kekerasan dalam pendidikan acap kali menginspirasi anak-anak untuk melanggengkan kekerasan dalam sehari-hari,” ungkapnya.
Selain itu, kata Ubaid, di luar sekolah, peran keluarga dan lingkungan masyarakat juga perlu agar kekerasan tidak terjadi.
“Lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah tiga area dalam ekosistem pembelajaran yang harus terintegrasi. Di luar sekolah, peran keluarga dan lingkungan masyarakat juga harus mendukung pencegahan kekerasan,” pungkasnya.
Sumber: kompas.com