Dalam Momentum PBAK FITK UIN Jakarta, Ubaid Matraji: Ketimpangan dan Akses Masih Menjadi Persoalan di Dunia Pendidikan Indonesia
Jakarta, Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta 2024 menjadi ajang yang penuh makna bagi para mahasiswa baru. Selama dua hari, pada tanggal 29-30 Agustus 2024, kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana untuk mengenalkan mahasiswa pada dunia akademik, tetapi juga untuk mengangkat isu-isu pendidikan yang krusial. Salah satu isu yang disorot adalah pentingnya menciptakan ruang pendidikan yang inklusif dan berkeadilan, sebagaimana diungkapkan oleh Rifqi Aunurrofi Al-Gifari, Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) FITK UIN Jakarta.
Rifqi menekankan bahwa PBAK tahun ini bukan sekadar formalitas tahunan, melainkan momentum untuk mempromosikan nilai-nilai inklusifitas dan keadilan dalam pendidikan. “Kita perlu memastikan bahwa lingkungan akademik di FITK UIN Jakarta adalah tempat di mana setiap mahasiswa, tanpa memandang latar belakang, dapat berkembang dan meraih potensi maksimalnya,” ujar Rifqi dalam sambutannya.
Dalam kerangka PBAK, tema pendidikan inklusif dan berkeadilan menjadi titik sentral yang dibahas oleh para narasumber terkemuka yang diundang. Salah satunya adalah Ubaid Matraji, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), yang dalam sesinya menyampaikan kritik tajam terhadap kondisi pendidikan di Indonesia. Ubaid menyoroti ketimpangan yang terjadi dalam akses pendidikan di Indonesia. Menurutnya, hanya sekitar 10 persen sekolah di Indonesia yang berstatus negeri, sementara sisanya adalah sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan atau individu. “Ketimpangan ini menunjukkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap sekolah negeri, yang seharusnya menjadi tumpuan bagi pendidikan anak-anak bangsa,” tegas Ubaid.
Ia melanjutkan, ketimpangan ini bukan hanya masalah statistik, tetapi juga berdampak langsung pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa-siswa di seluruh Indonesia. Ubaid menekankan pentingnya merdeka dalam mencerdaskan anak bangsa. “Indonesia harus merdeka dalam mencerdaskan anak-anaknya, bukan hanya merdeka dalam politik atau ekonomi, tetapi juga dalam memastikan setiap anak mendapatkan hak pendidikan yang layak,” tambahnya.
Selain Ubaid Matraji, PBAK FITK UIN Jakarta 2024 juga menghadirkan narasumber lainnya yang tidak kalah inspiratif. Najela Shihab, seorang pendidik dan aktivis pendidikan yang juga hadir sebagai pembicara, berbicara tentang pentingnya pendekatan yang holistik dalam pendidikan. Najela menyoroti bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter. “Pendidikan inklusif tidak hanya berarti menerima semua anak tanpa diskriminasi, tetapi juga memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka,” jelas Najela.
Najelaa juga menekankan pentingnya kerjasama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat, dalam menciptakan sistem pendidikan yang benar-benar inklusif dan berkeadilan. “Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Tidak ada satu pihak pun yang bisa melakukannya sendirian,” tambahnya.
PBAK FITK UIN Jakarta 2024, dengan berbagai kegiatan dan diskusi yang dihadirkan, jelas menunjukkan bahwa acara ini lebih dari sekedar kegiatan seremonial bagi mahasiswa baru. Rifqi Aunurrofi Al-Gifari, dalam sambutannya pun menegaskan bahwa tema inklusifitas dan keadilan bukan hanya slogan, tetapi harus menjadi prinsip yang melekat dalam setiap kegiatan akademik di FITK. Rifqi mengajak seluruh mahasiswa baru untuk aktif berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil di kampus. “Kita semua punya peran dalam menciptakan perubahan. Jangan pernah merasa bahwa kalian terlalu kecil untuk membuat perbedaan,” kata Rifqi.
PBAK ini juga menjadi ajang untuk menanamkan semangat kebersamaan dan solidaritas di antara mahasiswa baru. Melalui berbagai sesi diskusi, talkshow, dan kegiatan lainnya, mahasiswa baru diajak untuk mengenal lebih dekat nilai-nilai yang dianut oleh UIN Jakarta, khususnya dalam hal pendidikan dan kemanusiaan. PBAK ini diharapkan menjadi langkah awal bagi para mahasiswa baru untuk memahami pentingnya peran mereka dalam memperjuangkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Dengan bekal pengetahuan dan semangat yang didapatkan dari para narasumber, mahasiswa baru diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah.
PBAK FITK UIN Jakarta 2024 telah membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya tentang akademik semata, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun masyarakat yang adil dan inklusif. Dengan semangat yang telah ditanamkan dalam kegiatan ini, harapan besar muncul bahwa mahasiswa FITK UIN Jakarta akan terus berjuang untuk menciptakan perubahan positif di bidang pendidikan dan masyarakat luas. Sebagai penutup, PBAK FITK UIN Jakarta 2024 telah berhasil tidak hanya sebagai ajang perkenalan bagi mahasiswa baru, tetapi juga sebagai forum penting untuk diskusi mendalam mengenai isu-isu pendidikan yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Dengan tema inklusifitas dan keadilan yang diangkat, kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para mahasiswa baru, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab besar yang mereka emban sebagai generasi penerus bangsa. Harapan besar ditaruh pada mahasiswa baru FITK UIN Jakarta untuk melanjutkan perjuangan ini, menuju Indonesia yang lebih baik dan lebih adil bagi semua.